TEAM :D

Minggu, 28 November 2010

Orang-orang Beriman Sempurna Dalam AlQuran

Siapakah orang-orang yang beriman sempurna dalam Al-Quran?. Orang-orang yang beriman sempurna dijelaskan dalam sejumlah ayat Qur’an dalam makna-makna berikut:
  • “(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.” (QS Al-Baqarah, 2: 46)
  • “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS Yunus, 10: 63)
  • “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik)… “ (QS Al-Anam, 6: 82)
  • “(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah.” (QS Al-Ahzab, 33: 39)
  • “… Dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya.” (QS Al-Anbiya, 21: 28)
  • “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah…” (QS Al-Ahqaf, 46: 13)
  • “… Mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’” (QS Al-Imran, 3: 173)
  • “(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka…” (QS Al-Hajj, 22: 35)
  • Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS Al-Rad, 13: 21)
  • “…Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun denganKu ….” (QS Al-Nur, 24: 55)
  • “…mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit …” (QS Al-Imran, 3: 199)
  • “Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan.” (QS Al-Ma’arij: 70: 26)
  • “Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib …” (QS Al-Baqarah, 2: 3)
  • “(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihatNya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” (QS Al-Anbiya, 21: 49)
  • “Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS Al-Baqarah, 2: 4)
  • “Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab…” (QS Al-A’raf, 7: 170)
  • “Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat..” (QS Al-Baqarah, 2: 3)
  • “(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 2)
  • “Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 9)
  • “Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 23)
  • “… Mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap… “ (QS Al-Sajdah, 32: 16)
  • “(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (QS Al-Nahl, 16: 42)
  • “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” (QS Al-Mukminun, 23: 5)
  • “Dan orang-orang yang menunaikan zakat.” (QS Al-Mukminun, 23: 4)
  • “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan… “ (QS Al-Rad, 13: 22)
  • “(Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS Al-Rad, 13: 20)
  • “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 32)
  • “…Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar.. “ (QS Al-Taubah, 9: 71)
  • “Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 33)
  • “(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS Al-Imran, 3: 17)
  • “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…” (QS Al-Imran, 3: 135)
  • “Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS Al-Mukminun, 23: 3)
  • “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka…” (QS Al-Syura, 42: 38)
  • “Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.” (QS Al-Syura, 42: 39)
  • “… Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka…” (QS Al-Hajj, 22: 35)
  • “… Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaanNya… “ (QS Al-Fath, 48: 29)
  • “(Yaitu) orang-orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS Al-Imran, 3: 16)
  • “Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 61)
  • “…Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…” (QS Al-Fath, 48: 29)
  • “… Mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS Al-Bayyinah, 98: 7)
  • “Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (QS Al-Ma’arij, 70: 35)

Ketentuan nasib manusia terhadap zina

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Nabi SAW. bersabda: Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar nasib setiap manusia untuk berzina yang pasti akan dikerjakan olehnya dan tidak dapat dihindari. Zina kedua mata ialah memandang, zina lisan (lidah) ialah mengucapkan, sedangkan jiwa berharap dan berkeinginan dan kemaluanlah (alat kelamin) yang akan membenarkan atau mendustakan hal itu.(Shahih Muslim No.4801)

Malam Lailatul Qadar

99 Asmaul Husna

Rukun Iman

Pentingnya Shalat

Shalat (doa wajib yang dilakukan lima kali sehari), adalah salah satu laku ibadah terpenting setelah beriman. Mukmin diwajibkan menegakkan shalat, yang merupakan laku ibadah yang ditetapkan pada waktu tertentu, seumur hidup.

Manusia itu gampang lalai. Tenggelam dalam kesibukan sehari-hari, ia mungkin mudah tersesatkan dari pokok-pokok nyata pada apa sesungguhnya ia perlu memberikan perhatian. Ia mungkin mudah melupakan bahwa Allah melingkupinya, bahwa Dia mengawasinya setiap saat, bahwa Dia mendengarnya, dan bahwa suatu hari ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Allah. Ia mungkin juga melupakan tentang keniscayaan kematian, kuburan, Surga dan Neraka, bahwa tidak sesuatu pun terjadi selain atas kehendak Allah, dan bahwa sesungguhnya ada maksud di balik segala sesuatu.
Akan tetapi, menegakkan shalat lima kali sehari menghilangkan keadaan lalai ini dan menjaga niat dan nurani mukmin tetap hidup. Shalat membuatnya terus berpaling kepada Allah dan hidup dengan perintah Tuhan kita. Seorang manusia beriman sempurna yang berdiri di hadapan Allah untuk menegakkan shalat menjaga ikatan batin yang kuat dengan Allah. Bahwa shalat itu mengingatkan manusia akan Allah dan menghindarkannya dari semua jenis kejahatan dikatakan dalam ayat berikut:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Ankabut, 29: 45)
Shalat adalah laku ibadah yang wajib bagi semua nabi dan mukmin. Nabi-nabi yang sepanjang sejarah diutus kepada manusia menghimbau kaumnya akan laku ibadah wajib ini. Sementara itu, mereka sendiri menegakkannya dalam cara yang secermat-cermatnya dan menjadi teladan yang harus diikuti semua mukmin. Dalam hal ini, shalat adalah sebentuk pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi Allah kepada masing-masing kaumnya.
Dalam Qur’an, ada beberapa ayat tentang perintah Allah kepada nabi-nabiNya tentang penegakan shalat, nilai penting yang dilekatkan pada laku ibadah ini, ketaatan seksama para nabi, dan perintah mereka kepada kaumnya tentang penegakan shalat:
Dalam satu ayat, Allah menceritakan yang berikut tentang Nabi Ibrahim AS:
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim, 14: 40)
Dalam Qur’an, Nabi Ismail AS diceritakan seperti berikut:
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya, ia seorang yang benar janjinya, dan ia seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh kaumnya untuk bershalat dan berzakat, dan ia seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (QS Maryam, 19: 54-55)
Dalam satu ayat lain, Allah mengatakan kepada Nabi Musa AS sebagai berikut:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu. (QS Tha-Ha, 20: 14)
Allah juga memerintahkan Maryam, yang dijadikan sebagai teladan dalam Qur’an bagi semua perempuan di dunia, agar menegakkan shalat:
“Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk” (QS Al-Imran, 3: 43)
Isa AS, yang dilukiskan sebagai “firman Allah” dalam Qur’an juga menerima perintah yang sama:
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup” (QS Maryam, 19: 30-31)

Hakikat Kehidupan Dunia

Mereka yang menghabiskan hidupnya dalam kecintaan buta akan harta benda duniawi, akan menyadari bahwa mereka menghabiskan seluruh hidup mereka mengejar ilusi. Mereka akan menyadari keadaan yang menggelikan ini setelah mereka mati. Pada saat itulah akan tampak jelas bagi mereka tujuan akhir kehidupan, yakni menjadi hamba Allah yang ikhlas.

Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali ‘Imran, 3: 14)
Semua hal di dunia ini kekayaan, pasangan, anak-anak, dan perdagangan menyibukkan banyak orang di dalam hidupnya. Namun, jika mereka dapat memahami kekuasaan dan keagungan Allah, mereka akan paham bahwa semua hal yang diberikan kepada manusia ini hanyalah sarana untuk memperoleh keridhaan-Nya. Dengan cara ini, mereka juga akan memahami bahwa tujuan utama manusia adalah menjadi hamba-Nya. Sedangkan, mereka yang tidak benar-benar beriman kepada Allah memiliki pandangan yang kabur dan pemahaman yang dangkal akan keberadaan mereka karena ambisi-ambisi duniawi mereka. Mereka mengharapkan hal-hal besar dari kehidupan yang cacat ini.